SBB TK Selasar Mushawwir Kota Tangerang

Sejak tahun 2000, Ibu Amriah mulai membuat Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) di rumahnya. Karena makin banyaknya siswa, Bu Amriah mulai mengalihkan TPQ menjadi PAUD pada tahun 2006 setelah izin yayasan diperoleh. Kegiatan belajar SBB TK Selasar Mushawwir dilaksanakan di rumah orang tuanya yang sederhana. Siswa yang berjumlah sekitar 60-an orang terbagi menjadi empat rombongan belajar (rombel): satu rombel untuk TK A dan tiga rombel untuk TK B.

Setiap rombel diampu oleh seorang guru dan dibantu seorang tenaga administrasi. Jumlah seluruh guru di TK ini ada enam orang. Halaman sekolah dilengkapi dengan aneka permainan, seperti ayunan, perosotan, jungkat-jungkit, area berkebun, dan area bermain minimalis. Istirahat siswa dijadwalkan bergantian agar anak-anak mendapat kesempatan bermain lebih leluasa.

Bu Amriah adalah sosok yang ringan tangan, dermawan, dan mengembangkan jaringan perteman luas hingga pada tahun 2010 beliau disarankan oleh salah seorang temannya, yang juga kepala sekolah, untuk mengikuti pelatihan di Indonesia Heritage Foundation (IHF). Kebetulan saat itu Choirul Tanjung Foundation (CT-Arsa Foundation) sedang mencari sekolah-sekolah PAUD untuk binaan) dan berangkatlah Bu Amriah bersama satu orang gurunya untuk mengikuti pelatihan selama 14 hari di IHF.

Sejak mengikuti pelatihan di IHF, Ia menggunakan modul Pendidikan Holistik Berbasis Karakter (PHBK) 100 persen. Beliau rajin mengirimkan gurunya mengikuti pelatihan di IHF demi menyamakan persepsi tentang program PHBK di sekolah SBB TK Selasar Mushawwir.  Kini, seluruh guru sudah mendapat pelatihan PHBK sehingga lebih mudah baginya untuk menyamakan frekuensi menuju visi dan misi sekolah.

Pada awalnya, para pengawas Dinas Pendidikan Kota Tangerang mempertanyakan tentang pembelajaran yang digunakan di SBB TK Selasar Mushawwir karena punya kurikulum sendiri, namun dengan bergantinya tahun dan kurikulum yang ditetapkan pemerintah, kondisi saat ini justru terbalik. Para pengawas Dinas Pendidikan yang sering melakukan studi banding ke sekolah TK Selasar Mushawwir untuk belajar bagaimana cara mengalirkan karakter pada kegiatan pembelajaran siswa di kelas.

Kegiatan-Kegiatan Pembelajaran di Kelas

Saat memasuki kelas TK A yang diampu oleh Ibu Mila, kegiatan di kelas sedang berlangsung jurnal menggambar. Anak-anak fokus di meja masing-masing dengan kertas gambar dan krayonnya. Sesekali Bu Mila menghampiri anak-anak yang duduk berkelompok dan meminta mereka bercerita tentang apa yang sedang di gambar. Lima belas menit kemudian, siswa yang sudah menyelesaiakan jurnal gambarnya melanjutkan kegiatan bermain bersama, beberapa siswa bermain menghitung biji-bijian sampai angka tertentu.

Setelah kegiatan jurnal pagi, siswa bersiap-siap mengikuti kegiatan rutin pengaliran 9 Pilar Karakter. Hari itu, Bu Mila menggunakan buku pilar dan mengalirkan pilar 9 reviu konsep cinta damai.  Siswa terlihat aktif berdiskusi, guru pun berkomunikasi dua arah dan aktif. Kegiatan pengaliran 9 Pilar Karakter ini diawali dengan pembuka dan diakhiri dengan bernyanyi lagu cinta damai.

Setelah kegiatan pilar, anak-anak tertib untuk mengantre cuci tangan sebelum makan bekal yang dibawa. Guru kelas mendampingi anak-anak cuci tangan dan memotivasi mereka menghabiskan bekalnya sebagai rasa syukur sudah dibawakan makanan dari rumah.

Setelah kegiatan snack time, dilanjutkan dengan kegiatan sentra. Kegiatan sentra disiapkan dengan beberapa aktivitas kegiatan yang berbeda dan setiap siswa melakukan kegiatan secara bergantian. Sentra eksplorasi dilakukan dengan berkelompok. Guru kelas telah menyiapkan media untuk eksplorasi tema padi. Beras, gabah, topi caping, tampah, sendok, dan lain-lain tampak ada di setiap meja siswa.

Siswa TK A dibagi menjadi  empat kelompok kecil dan masing-masing mendapat tugas tertentu. Siswa juga melakukan kegiatan menampi beras dan memilah gabah di antara beras. Bu Mila selalu menggunakan bahasa positif dan mengalirkan bahasa pilar karakter. Apa yang dilakukan secara berkelompok tersebut sangat menarik perhatian karena keberadaan siswa berkebutuhan khusus di antara mereka..

Apa yang dilakukan secara berkelompok tersebut sangat menarik perhatian karena keberadaan siswa berkebutuhan khusus di antara mereka. Seorang siswa ABK, mengalami gangguan speech delay, tetap ikut berkelompok. Teman-teman sekelasnya selalu memberikan bantuan dan memahami kebutuhan siswa ABK tersebut. Toleransi dan kerja sama tercipta saat kegiatan berkelompok.

Penulis: Ari Saptarini

Editor: Teuku Zulman Sangga Buana

CT-Arsa Foundation, awalnya bernama Anita Tanjung Foundation, adalah donator IHF pada tahun 2010, telah melatih sebanyak 10 sekolah di lokasi Jabodetabek. Hingga kini, CT-Arsa Foundation rutin melakukan pembinaan ke sekolah-sekolah binaannya dua bulan sekali. SBB TK Selasar Mushawwir juga sering diundang kegiatan CT-Arsa Foundation.

Close Search Window