Refleksi Akhir Tahun: Brain Rot dengan Segala Aspeknya yang Berkelindan
Mengutip dari Oxford Dictionary, brain rot didefinisikan sebagai kemerosotan kondisi mental atau intelektual seseorang akibat mengonsumsi konten daring tidak berkualitas
Oleh Zulfa Yuniarti
Pada era digital saat ini, remaja menjadi kelompok yang paling banyak menggunakan media sosial. Menurut survei Talker Research (2024), dari 2.000 responden yang mengisi survei, rata-rata remaja menghabiskan 6,6 jam per hari untuk mengakses media sosial dengan 11% di antaranya menghabiskan waktu lebih dari 15 jam.
Mereka terbiasa mengakses konten video berdurasi pendek dari TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Short. Indonesia sendiri menjadi negara dengan jumlah pengguna TikTok terbesar di seluruh dunia dengan jumlah pengguna mencapai 157,6 juta.
Paparan video berdurasi pendek dari berbagai platform media sosial secara terus-menerus membuat remaja terbiasa menerima informasi secara cepat dan berganti dalam hitungan detik. Kebiasaan ini membuat remaja sulit mempertahankan fokusnya dalam waktu lama, terutama saat belajar dan berinteraksi sosial.
Fenomena ini dikenal dengan short attention span, yaitu penurunan kemampuan seseorang untuk fokus pada satu hal yang sedang dilakukan. Notifikasi yang berulang, konten yang tidak ada habisnya, dan kebiasaan multitugas (multitasking) membuat otak terbiasa dengan distraksi dan gangguan.
Siklus ini membuat remaja sulit melepaskan diri dari gadget. Mereka terdorong untuk terus mengecek ponsel, yang akhirnya makin memperpendek rentang fokusnya. Akibatnya, banyak remaja mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi, memahami informasi secara mendalam, dan menyelesaikan tugas yang membutuhkan fokus tinggi.
Berbanding terbalik dengan short attention span, attention span adalah durasi waktu ketika seseorang dapat berinteraksi dan fokus pada suatu tugas atau aktivitas tanpa terganggu. Memiliki attention span yang baik sangat penting agar seseorang bisa menyelesaikan tugas dengan maksimal. Namun, pada kenyatannya, seiring berkembangnya teknologi, attention span seseorang juga makin menurun.
Penting untuk memahami bagaimana kebiasaan remaja dalam menggunakan media sosial. Lalu, seberapa besar pengaruh media sosial terhadap kebiasaan dan fokus remaja?
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2023 jumlah penduduk remaja yang berusia 10—18 tahun hampir mencapai 32% dari jumlah penduduk di Indonesia. Angka ini cukup besar mengingat banyak kreator konten yang menargetkan remaja sebagai audiens utama mereka.
Hasil survei Talk Research (2024) mengungkapkan bahwa setidaknya, “1 dari 5 orang mengaku media sosial berpengaruh buruk terhadap rentang perhatian mereka”. Survei ini juga menunjukkan bahwa remaja cenderung mengecek ponsel saat menonton televisi atau tayangan berdurasi panjang serta sering melakukan putar balik (rewind) untuk meninjau kembali bagian tertentu dari tayangan yang mereka tonton. Selain itu, sebanyak 52% remaja mengaku suasana hati mereka sering dipengaruhi secara negatif oleh media sosial.
Sebagai gambaran pola penggunaan media sosial di kalangan remaja, dalam satu sesi penggunaan media sosial selama 15 menit, mereka dapat mengakses hingga 60 video berdurasi 15—60 detik. Pola ini membuat otak terbiasa menyerap beragam topik (berpindah dari satu topik ke topik lainnya) dengan cepat. Hal ini bisa menghambat kemampuan seseorang mempertahankan fokus dalam aktivitas yang memerlukan konsentrasi lama.
Jika hal ini dibiarkan dan tidak terkontrol, kebiasaan ini dapat berdampak pada menurunnya produktivitas, kecenderungan mudah bosan, kemampuan remaja berinteraksi, dan bahkan penurunan kemampuan berpikir kritis. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi penurunan fokus.
Saat belajar atau bekerja, jauhkan atau minimalkan gangguan yang mengganggu fokus, seperti jauhkan gadget atau ponsel, matikan notifikasi, dan pilih tempat yang tenang agar dapat fokus dan berkonsentrasi.
Terapkan teknik manajemen waktu yang baik, misalnya, gunakan waktu belajar selama 25 menit, lalu lakukan peregangan atau beristirahat selama 5 menit. Metode ini cukup membantu menjaga fokus dan memberikan otak kesempatan untuk beristirahat sejenak.
Gunakan alarm pengingat atau aplikasi yang dapat membantu membatasi penggunaan media sosial saat sedang belajar atau memfokuskan diri terhadap sesuatu, seperti membaca buku, mempelajari hal baru, dan berinteraksi bersama teman-teman.
Istirahat cukup dan aktivitas fisik yang teratur dapat membantu menjaga kesehatan otak serta meningkatkan kemampuan untuk fokus dan daya ingat.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini secara konsisten, remaja dapat memperbaiki rentang perhatian mereka dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta produktivitas sehari-hari.
Penulis: Zulfa Yuniarti
Editor: Teuku Zulman Sangga Buana
goodstats.id. 2025. “Gen Z Paling Rajin Konsumsi Media, Daya Fokus Paling Rendah”.
talkerreseacrh.com. 2025. “Media Consumption Trend Report”.
bps.go.id. 2025.
cnbcindonesia.com. 2025. “Indonesia Nomor 1 Dunia, Warga RI Sudah Kecanduan TikTok”.
Mengutip dari Oxford Dictionary, brain rot didefinisikan sebagai kemerosotan kondisi mental atau intelektual seseorang akibat mengonsumsi konten daring tidak berkualitas
Karakter adalah cara berpikir dan bertindak yang dibutuhkan oleh setiap individu untuk bekerja sama dan hidup berdampingan, baik dalam keluarga,
Ketahanan keluarga dapat terbentuk dengan kehadiran figur ayah secara fisik maupun psikologis dalam keluarga. Selain sebagai pencari nafkah utama, ayah
Paparan video berdurasi pendek dari berbagai platform media sosial secara terus-menerus membuat remaja terbiasa menerima informasi secara cepat dan berganti
Bangun tidur, kita bersyukur
Sambut pagi, ceria hari
Bangun pagi, siapkan diri
Beraksi lagi, gembira hati
IGSBB Banyumas menggandeng IHF dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) dalam pelaksanaan in house training (pelatihan griyaan) Pelatihan Pendidikan Karakter pada
IGSBB Depok melaksanakan Roadshow IGSBB pada tanggal 16–18 Januari 2025 di Gedung Baleka Depok. Kegiatan roadshow ini diikuti sekitar tiga
“Tahun 2024 itu kelulusan perdana SD Lebah Pembelajar, lagi-lagi orang tua mendesak agar anak-anak tetap bersekolah di Yayasan Inspirasi Pembelajar.
Jalan Raya Bogor Km. 31 No. 46
Tugu, Cimanggis, Depok
Jawa Barat 16451
Telepon: (021) 8712022
Pos-el: [email protected]
Copyright © 2023 - Indonesia Heritage Foundation | Redaksi