Peran Ayah dalam Pengasuhan

Oleh Indah Dahlia, S.Si.

Redaksi/Maulady Virdausy Fahmy

Perkembangan anak tidak terlepas dari proses pengasuhan yang dilakukan orang tua. Pengasuhan anak menjadi tanggung jawab bersama antara orang tua. Keterlibatan ayah dan ibu dalam proses pengasuhan berperan penting terhadap pembentukan perilaku anak. Orang tua dapat menjadi role model dalam keluarga karena anak meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Kehadiran orang tua secara fisik maupun psikologis dalam pengasuhan sangat penting sehingga dapat membantu mengoptimalkan perkembangan anak.

Ketahanan keluarga dapat terbentuk dengan kehadiran figur ayah secara fisik maupun psikologis dalam keluarga. Selain sebagai pencari nafkah utama, ayah juga perlu terlibat dalam proses pengasuhan. Pengasuhan akan terhambat ketika terjadi konfik dalam keluarga yang dapat mengakibatkan keluarga menjadi tidak utuh sehingga terjadi perceraian.

Menurut laporan Badan Statistik Indonesia, kasus perceraian di Indonesia tahun 2022 meningkat dari tahun sebelumnya , yakni mencapai 516.344 kasus. Data tersebut menunjukkan bahwa adanya ketidakutuhan keluarga sehingga bisa menjadi faktor hilangnya salah satu figur dalam keluarga. Dalam kasus perceraian, hak asuh anak pada umumnya akan diberikan kepada ibu sehingga  peran ayah dalam proses pengasuhan dapat lebih sedikit dibandingkan ibu.

Ayah dan ibu merupakan figur berbeda. Pada umumnya, ibu mengajarkan tentang emosi, empati, dan nilai kasih sayang, sedangkan ayah mengajarkan tentang logika, keberanian, dan kemandirian. Hilangnya figur ayah dalam pengasuhan tidak hanya terjadi pada anak dengan keluarga bercerai. Hal tersebut juga dapat terjadi pada keluarga utuh, tetapi ayah tidak terlibat dalam proses pengasuhan.  Ayah hanya berfokus pada peran sebagai pencari nafkah, sedangkan proses pengasuhan dilimpahkan kepada ibu. Jika hal tersebut terjadi dalam sebuah keluarga maka anak hanya akan merasakan kehadiran ayah secara fisik, bukan psikologis. 

Indonesia disebut sebagai salah satu negara yang termasuk ke dalam fatherless country. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih kurangnya figur ayah dalam proses pengasuhan. Isu fatherless dapat menghambat perkembangan anak secara optimal jika tidak ada yang dapat menggantikan figur ayah dalam keluarga. Keterlibatan ayah dalam proses pengasuhan sangat diperlukan sehingga anak mendapatkan figur maskulin dalam dirinya. Selain itu, figur ayah bagi anak dapat mengajarkan nilai-nilai penting dalam hidup sebagai bekal serta mengajarkan tanggung jawab.

Fenomena fatherless juga dapat memberikan dampak negatif bagi anak, di antaranya membuat anak memiliki self-esteem yang rendah, merasa tidak percaya diri, merasa tidak aman secara fisik dan emosional, serta berpotensi terjadinya kenakalan remaja. Kehadiran ayah secara fisik dan psikologis dapat membantu dalam perkembangan anak yang optimal serta mewujudkan keluarga utuh.

Penulis: Indah Dahlia, S.Si.

Penulis adalah alumni IPB lulusan Ilmu Keluarga dan Konsumen. Ia sebelumnya mengajar di Kelas 2 SD Karakter 2 Gunung Putri dan sekarang menjadi staf Litbang IHF.

Editor: Dewanti Nurcahyani

Rujukan:

Dataindonesia.id. 2023. Ada 516.344 Kasus Perceraian di Indonesia pada 2022.

 

Penafian (disclaimer): Isi artikel ini menjadi tanggung jawab penulis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close Search Window