Foto: Freepik
Berita terkait dengan bullying atau perundungan makin marak. Hal ini telah menjadi masalah global. Sering kali kasus ini diketahui setelah menimbulkan akibat fatal karena banyak korbannya tidak mampu melaporkan perundungan yang mereka alami.
Beberapa tahun lalu, kami pernah mendapat laporan dari orang tua siswa bahwa anaknya sering kali dirundung oleh salah seorang teman sekelasnya. Setelah kami melakukan pengamatan terhadap siswa-siswa yang dimaksud, secara kasatmata sama sekali tidak terlihat bahwa mereka adalah korban dan pelaku perundungan. Mereka tetap bermain bersama, tertawa bersama, dan saling menempel satu sama lain.
Ternyata, setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut terungkap adanya pemaksaan kepada korban untuk berbagi uang saku (pemalakan) yang dilakukan di tempat-tempat sepi di luar pengawasan guru. Tindakan tersebut dilakukan secara berulang-ulang. Berdasarkan komunikasi dan pendekatan personal yang dilakukan guru kepada korban, ketidakberanian korban melaporkan tindakan pemalakan tersebut karena pelaku adalah teman dekatnya di kelas.
Betul, perundungan sering terjadi, bahkan di antara teman dekat. Kami sebagai guru berusaha menjadi teman bicara korban demi meningkatkan keberanian dan kepercayaan dirinya. Seiring berjalannya waktu, saat korban sudah berani berbicara (speak up), masalah pun dapat teratasi.
Kelekatan(bonding) yang kuat adalah salah satu solusi mengatasi persoalan ini. Kelekatan yang kuat dengan guru akan membuat anak-anak lebih percaya diri dan pada akhirnya mampu “berbicara”. Demikian juga kelekatan dengan orang tuanya di rumah. Sekolah dan orang tua harus bekerja sama untuk mencegah terjadinya perundungan. Baik sebagai pelaku maupun korban, dua-duanya perlu dihentikan.
Selain itu, perundungan siber (cyberbullying) adalah salah satu contoh yang juga perlu diperhatikan oleh orang tua di rumah. Tahun 2020 UNICEF pernah merilis data bahwa 45 persen anak berusia 14–24 tahun mengalami perundungan berbasis siber sepanjang 2020.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia memberikan perhatian khusus terhadap kasus perundungan yang kian hari kian marak dengan merilis Permendikbud 46/2023 yang terkait dengan pedoman dalam mencegah perundungan di Sekolah. Kemendikbudristek bahkan mengeluarkan pernyataan bahwa sebanyak 36,31 persen atau satu dari tiga peserta didik (siswa) di Indonesia berpotensi mengalami perundungan.
Jumlah tersebut diketahui dari hasil Asesmen Nasional tahun 2022 yang disampaikan Kepala Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikbudristek Rusprita Putri Utami. Artinya, potensi perundungan ada di sekitar kita sehingga kita perlu lebih sadar dan waspada.
Perundungan berbeda dengan konflik. Konflik antarteman mungkin sekali terjadi di sekolah, namun baru dikatakan perundungan jika dilakukan oleh pihak yang kuat kepada pihak yang lemah, adanya repetisi/pengulangan, serta menyerang fisik, mental, dan tidak mendapatkan bantuan orang-orang di sekitarnya.
Perundungan benar-benar musuh yang nyata. Karena itu, Indonesia Heritage Foundation (IHF) menawarkan solusi kepada Bapak/Ibu untuk mendirikan Sekolah Kreatif Berkarakter (powered by Sekolah Karakter-IHF). Sekolah ini merupakan sekolah inovatif pertama yang menerapkan sistem pembelajaran hibrida (hybrid learning)—penggabungan antara pembelajaran luring dan pembelajaran daring—dengan model Pendidikan Holistik Berbasis Karakter (PHBK).
Pengajar di Sekolah Kreatif Berkarakter adalah pengajar yang profesional, berkarakter, dan mendidik dengan cinta. Sekolah ini tidak hanya mengembangkan aspek akademis atau Higher Order Thinking, tetapi juga aspek fisik, motorik, seni, emosi, dan sosial, yang mana setiap siswa dapat saling menghormati dan saling menghargai. Hal inilah yang menjadikan Sekolah Kreatif Berkarakter menjadi salah satu tempat yang aman, nyaman, dan bebas perundungan.
Di Sekolah Kreatif Berkarakter, siswa juga mempelajari berbagai keterampilan hidup serta pembelajaran yang menitikberatkan pada pengembangan keterampilan abad-21. Kami percaya keterampilan-keterampilan tersebut akan membuat mereka makin tangguh dan siap menghadapi tantangan pada masa mendatang.
Penulis: Ari Saptarini
Editor: Teuku Zulman Sangga Buana